Kamis, 31 Mei 2012

5 Jam Api Baru Padam, Pemilik Gudang di Muara Karang Rugi Ratusan Juta Rupiah

KabarPenjaringan - Kebakaran yang terjadi di kompleks Pergudangan Muara Karang, Jakarta Utara, akhirnya bisa dipadamkan. Petugas berhasil memadamkan api setelah lima jam berjibaku dengan si jago merah. Kerugian akibat kebakaran itu ditaksir ratusan juta rupiah.

"Ini baru saja selesai, kerugian menurut penjaga gudang sampai ratusan juta," ujar Kasi Ops Damkar Jakarta Utara Nurdin Silalahi, saat dihubungi KabarPenjaringan pukul 21.35, Kamis, (31/5/12) malam.

Menurutnya, kebakaran yang terjadi sejak pukul 16.30 WIB itu baru bisa dipadamkan setelah 21 unit pemadam kebakaran diturunkan. Diantaranya, 14 mobil pemadam kebakaran dari Dinas Jakarta Utara, 2 mobil damkar dari Jakarta Barat, dan 5 dari dinas lainnya.

"Alhamdulillah aman, tidak ada korban," ucapnya saat ditanya adanya korban jiwa akibat peristiwa itu.

Ia juga menjelaskan bahwa lamanya proses pemadaman dikarenakan barang-barang di dalam gudang terbuat dari besi dan karet. Gudang seluas 20x40 meter itu menyimpan barang-barang rongsokan dari kontainer. "Kesulitannya karena isi gudang besi-besi dan ban-ban besar truk," kata Nurdin. (tim)

Terhalang Tembok Tinggi, Petugas Pemadam Kesulitan Jinakkan Api di Muara Karang

KabarPenjaringan - Gudang di kompleks Pergudangan Muara Karang, Jakarta Utara, terbakar sejak sore tadi. Petugas kesulitan memadamkan api karena gudang tersebut dikelilingi tembok tinggi.

Kasi Ops Damkar Jakarta Utara Nurdin Silalahi saat ditemui di lokasi mengatakan, ada 21 unit mobil pemadam kebakaran yang diterjunkan untuk menjinakkan si jago merah. Namun sebagian masih tertahan di perjalanan karena macet. "Kita kirim 21 unit Damkar. Sebagian unit kita belum masuk karena macet," kata Nurdin, Kamis (31/5) malam.

Selain macet, kondisi tempat kebakaran juga menyulitkan petugas. "Kesulitan kita lokasi TKP sekelilingnya tembok dan di dalam ada lumpur," imbuhnya.

Hingga pukul 19.40 WIB, api masih menyala meski terlihat mengecil dibandingkan sebelumnya. Belum ada laporan soal korban jiwa maupun penyebab kebakaran. Profil gudang tersebut pun masih diselidiki.

"Informasi awal penampungan alat berat. Yang kebakar kebetulan di tumpukan ban," tambahnya.

Pantauan KabarPenjaringan, sebagian warga yang tadinya memadati lokasi kejadian, saat ini telah berkurang. Arus lalu lintas di sekitar gudang memang tak padat, namun akses menuju Jl Pergudangan, Muara Karang, Jakarta Utara, saat ini terpantau macet. (tim)

Sempat Terdengar Ledakan, Gudang Rongsokan di Muara Karang Terbakar

KabarPenjaringan - Kebakaran melanda sebuah gudang berisi rongsokan di Jl Pegudangan Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara. Sebelum api berkobar, warga sempat mendengar beberapa kali ledakan.

Berdasarkan penuturan warga, lham (34), kebakaran terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Asap pertama kali dilihat dari bagian tengah gudang. "Saya pulang, pukul 16.30 WIB sudah lihat asap. Saya kira sampah, saya balik lagi tahunya api sudah membesar. Saya sempat dengar ledakan, tapi saya nggak tahu berapa kali karena panik," ujar Ilham saat ditemui di lokasi, Kamis (31/5) malam.

Hingga pukul 18.30 WIB ada sekitar 7 mobil pemadam kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Utara. Api masih menyala. Arus lalu lintas di lokasi tidak terpengaruh karena posisi gudang berada di area pergudangan.

Namun petugas polisi tetap berjaga di sekitar lokasi. Belum ada informasi soal penyebab kebakaran maupun kemungkinan korban akibat insiden ini. (tim)

Jumat, 25 Mei 2012

Warga Muara Karang Gelar Doa Bersama Pasca Kebakaran

KabarPenjaringan - Warga sekitar komplek Ruko Muara Karang, Penjaringan, Jakarta Utara menggelar doa bersama pada Kamis (24/5/2012) malam pasca kebakaran salah satu ruko di Blok 4 Z8 Utara Nomor 3 yang menewaskan tiga orang kakak-beradik. Doa diutamakan secara keagamaan Buddha sesuai agama para korban kebakaran tersebut.

Kegiatan ini mendatangkan lima biksu dari Tibet di bawah naungan Wihara Zurmang Kaygud di kawasan Cideng, Jakarta Pusat. Doa bersama dimulai sekitar pukul 19.30 dengan membaca mantra Quan Im. Di atas altar persembahan, tersaji minyak goreng, roti, bunga krisan, minuman, biji-bijian, susu, dan beberapa hidangan lainnya.

Warga yang datang berdoa dengan khidmat. Mereka memegang siu sambil menitikkan air mata. Doa bersama berlangsung sekitar dua jam. Menurut panitia acara, Cahyo Utomo (65), kepada KabarPenjaringan, Jumat (25/5) petang, doa bersama tidak hanya diperuntukkan bagi yang beragama Buddha. "Dari yang lain silahkan," ujarnya.

Ia mengatakan, acara tersebut berdasarkan masukan dari beberapa kawannya yang beragaman Buddha. "Saya mengadakan ini dari dua-tiga orang teman-teman Buddha untuk mendatangkan biksu. Dari awal empat hari lalu ada orang dari Jakarta Barat, doa-doa dia bilang, oke kita doa lagi," katanya.

Mengenai kabar kedatangan calon wakil gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Cahyo menolaknya. "Saya tidak mengundang beliau. Saya tidak mau ini jadi komoditas politik. Kalaupun beliau datang, saya tidak rekomendasikan," ungkapnya.

Seperti diwartakan sebelumnya, sebuah ruko yang menjual bahan kebutuhan pokok di kawasan Muara Karang, Penjaringan, Jakarta Utara, terbakar pada Selasa (15/5/2012) pukul 22.00 WIB. Kejadian itu menewaskan tiga kakak beradik yang terkunci di dalam ruko tersebut. (tim)

Jumat, 18 Mei 2012

Wisata Ke Museum Bahari (2) : Menara Syahbandar 2 Kali Terbakar

KabarPenjaringan - Menara Syahbandar di Jl Pasar Ikan, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, saat ini menjadi kantor Museum Bahari. Sebelum pertengahan tahun 2011, pernah dinyatakan bertambah miring, dari semula 2 derajat menjadi 4 derajat dari garis vertical. Penelitian itu dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta Barat. Pertambahan kemiringan itu terjadi secara gradual selama 20 tahun terakhir ini. Maklum, umur bangunan setinggi 18 meter tersebut sudah hampir berusia 173 tahun, didirikan tahun 1839.

Sementara kendaraan berat tiap hari berlalu-lalang di Jalan Pakin yang menambah kemiringan menara tersebut ke arah selatan. Karena itu perlu segera dilakukan perbaikan dan konservasi terhadap menara tersebut, sekaligus menata lingkungannya. Kepala UPT Museum Bahari, Dra Dwi Martati mengakui sekarang ini sedang dilakukan perencanaan konservasi terhadap menara tersebut. Sebab bangunan itu juga rawan kebakaran karena atap dan rangkanya, jendela, kanopi, tangga maupun lantai tingkat atasnya dari kayu. Melihat pemandangan dari lantai dua maupun tiga menara tersebut mengasyikkan sambil melihat papan informasi sejarah bangunan kuno tersebut.

Namun sayangnya, bila kita berdiri di ketinggian itu goncangannya terasa sekali manakala kendaraan berat sedang lewat di jalan yang menghubungkan kawasan Pluit dan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok tersebut. Karena itu, pernah Dinas Perhubungan DKI melarang kendaraan berat melewati jalan tersebut 1 Juli 2011.

Namun peraturan itu tak diindahkan kedua belah-pihak. Mengenai kebakaran Menara Syahbandar, Sukma pemandu wisata di Museum Bahari menuturkan kebakaran pertama Mei 2002 akibat puntung rokok pengunjung yang membakar kanopi beratap sirap. Beberapa mobil pemadam berhasil menjinakkan kobaran api. Yang kedua April 2010 juga akibat puntung rokok wisatawan. Namun tidak sempat mengundang mobil pemadam.

Dari pengalaman tersebut pihak museum kini telah memasang larangan merokok bagi pengunjung. Mengingat kemiringan dan kondisi daya dukung menara yang sudah renta itu, pihak Museum Bahari juga membatasi jumlah pengunjung. Banyak keistimewaan di komplek Museum Bahari, yang lokasinya menjadi satu kawasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa ini. Kita dapat menyaksikan perahu dan kapal tradisional dari berbagai perairan di nusantara yang pernah mengarungi samudra di seluruh dunia sejak zaman purba hingga abad ke 20.

Baik itu perahu yang asli, replica maupun miniaturnya berikut peralatan navigasi aslinya. Bahkan, bagian-bagian kapal Phinisi Nusantara yang pernah mengarungi Lautan Pasifik dan Atlantik sampai ke Vancouver yang akhirnya karam di perairan Pulau Seribu, juga dipajang di museum itu. Empat ratusan foto dokumentasi perkembangan pelabuhan Tanjung Priok dan pelabuhan lainnya serta pembangunan Terusan Suez di Mesir juga dapat dilihat di situ.

Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiono ketika datang berkunjung, Jumat (18/5/2012) petang, juga melihat ada 4 keistimewaan dari Museum Bahari. Pertama, kata Bambang Sugiono, Sunda Kelapa adalah cikal bakal kota Jakarta yang merupakan pelabuhan kerajaan tertua di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Tarumanagara. Kedua, Menara Syahbandar merupakan titik nol kilometer Kota Batavia sampai menjadi Jakarta setelah kemerdekaan. Ketiga, dulunya tempat ini merupakan kubu pertahanan Kota Batavia yhaitu Bastion Cullemborg yang masih utuh sampai saat ini.

Keempat, bangunan Museum Bahari terdiri 3 bangunan merupakan gudang VOC untuk menyimpan rempah rempah dari abad 17 dan 18 yang terbesar di dunia yang masih terpelihara hingga sekarang. Kelima kawasan ini telah dicanangkan sebagai salah satu dari 12 titik destinasi wisata pesisir Jakarta Utara sejak tahun 2009. Pengunjung museum tiga bulan terakhir rata-rata 82 orang per hari. Tercatat selama Juli 2011 mencapai 2.764 orang. (tim)

Kamis, 17 Mei 2012

Berwisata Ke Museum Bahari (1) : ‘Kencan’ Dengan Arwah Noni Belanda

KabarPenjaringan - Tiap bangunan kuno, selain memiliki sejarah yang panjang, juga menyimpan misteri yang menjadi cerita rakyat di sekitarnya. Begitu pula dengan Museum Bahari yang terletak di Jl Pasar Ikan 1, Kelurahan Penjaringan Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Tiga bangunan bertingkat tersebut, memang sudah tua karena didirikan pada abad 17 dan 18 sesuai yang tertera di pintu utama masing-masing gedung.

Gedung tersebut dahulunya adalah gudang rempah-rempah VOC Belanda. Menurut cerita para nelayan di sekitar Pasar Ikan, Penjaringan dan Pelabuhan Sunda Kelapa, dahulu di lingkungan pergudangan tersebut ada seorang gadis yang cantik bernama Emma, putri mandor gudang tersebut, seorang Belanda.

Secara diam-diam gadis tersebut menjalin cinta dengan penjaga gudang, seorang pribumi keturunan Ambon bernama Yakob. Namun ketika di Batavia terjangkit wabah penyakit kolera tahun 1780, sang Mandor mengungsikan putrinya ke Pulau Onrust yang lebih aman, karena jauh dari kemungkinan penyebaran wabah dimaksud.

Tapi akhirnya Emma justru meninggal di pulau itu dengan menanggung rindu, dan dimakamkan juga di situ. Sedangkan Yakob juga tidak mampu menahan dukanya. Akhirnya tidak konsentrasi dalam bekerja sehingga dipulangkan ke Ambon. Setelah itu tidak diketahui lagi bagaimana kabarnya.

Karena itu bila nelayan melihat gadis Belanda menampakkan diri baik di pantai maupun di sekitar Museum Bahari, mereka menganggap sedang ditemani Si Emma, gadis berambut pirang yang malang itu. Di Pulau Onrust sendiri juga ada cerita semacam itu. Tidak jarang pemancing melihat gadis Belanda malam hari menampakkan diri di pulau tersebut.

Sukma, pemandu wisata di Museum Bahari mengakui adanya cerita misteri tersebut. “Kalau nelayan-nelayan tua masih percaya itu Pak,” kata Sukma kepada KabarPenjaringan, Kamis (17/5/2012) petang, yang keluarganya juga tinggal di dekat Masjid Luar Batang, tidak jauh dari kawasan Pasar Ikan.

Pengalaman Kru Televisi

Cerita misteri dari Museum Bahari, juga diungkapkan Suprihardjo, wartawan senior yang banyak menulis masalah wisata. Setengah tahun yang lalu, katanya, juga ada kru televisi swasta meliput cerita sejarah Museum Bahari dan kehidupan di sekitarnya. Inilah cerita Pak Pri, panggilan akrab Suprihardjo.

“Ketika memasuki gedung C yang didirikan tahun 1779 itu, terjadi keanehan. Gian, pembawa acara stasiun televisi tersebut, tiba-tiba meninggalkan pembicaraan bersama beberapa orang dan berjalan sendiri menuju salah satu ruangan,” kata Pak Pri, mantan jurnalis dari Harian Berita Buana ini, mulai bercerita.

Ketika kembali, ia menuturkan baru saja menemui orang yang memanggilnya. Kemudian mengecek kepada Sukma, apakah di sini ada penghuni seorang gadis Belanda? Tentu saja dijawab tidak. Yang ada hanya kucing beranak-pianak di situ. Kontan Gian jatuh pingsan. Baru setelah semuanya berlalu, Sukma baru berani mengungkapkan adanya cerita misteri tersebut. Termasuk kepada seluruh kru televisi yang meliputnya.

“Boleh percaya boleh tidak. Soal kebenaran cerita itu, wallahu a’lam bissawab, hanya Allah yang mengetahui di balik rahasia cerita itu,” kata Suprihardjo, yang sekarang lebih memilih sebagai wartawan penulis free lance ini.

1.500 Pengunjung Setiap Bulan

Berapa sebenarnya jumlah pengunjung Museum Bahari? Tidak menentu. Namun kata Kepala Subbag TU, Irfal Guci, rata-rata per bulan antara 1000 sampai 1500 orang. Pada musim liburan seperti sekarang ini, bisa mencapai 3000 sampai 5000. Namun pada waktu sepi, misalnya musim tahun ajaran baru bulan Agustus, kurang dari 1000 orang sebulan. Di museum bahari banyak ditemukan orang berkeliling mengendarai sepeda.

Mereka itu adalah pengunjung Museum Bahari juga. Ada yang naik sepeda onthel berombongan dua atau tiga orang. Ternyata mereka itu di pandu oleh pemilik sepeda yang menyewakan kendaraannya kepada wisatawan yang berkunjung ke Taman Fatahillah, Kota Tua. Pemilik usaha sepeda itu sendiri, memiliki paket wisata sepeda yaitu Museum Wayang, Pelabuhan Sunda Kelapa, Masjid Keramat Luar Batang, Museum Bahari dan Menara “Miring” Syahbandar.

Karena itu, orang-orang Museum Bahari mengakui persewaan sepeda onthel memiliki andil dalam memasyarakatkan keberadaan museum kepada pengunjung Taman Fatahillah dan Museum Sejarah Jakarta. Apalagi sejatinya kawasan Museum Bahari dan Sunda Kelapa itulah cikal bakal kota Jakarta sejak bernama Kastil Batavia sampai berkembang ke selatan sampai stasiun Kota, Glodok, Harmoni sampai pula ke sekitar Lapangan Medan Merdeka, Monas.

Pemandu wisata, Sukma, yang selama ini tinggal di museum, juga tak kuasa menolak pengunjung yang datang sudah melewati waktu dan harus tutup pukul 15.00 WIB. Diantarlah mereka ke bagian museum yang masih bisa bercerita tentang kebaharian sekalipun hanya melihat dari luar. Bahkan, di luar kita bisa menyentuh jangkar dan meriam-meriam kuno saksi sejarah masa lalu. (tim)

3 Korban Tewas Kebakaran di Muara Karang Kakak Beradik

KabarPenjaringan - Tiga korban tewas akibat kebakaran yang melanda ruko sembako, nomor 6, RT 11/3 Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, diketahui kakak beradik. Ketiga korban yang semuanya berjenis kelamin perempuan itu masing-masing bernama Melisa (12), Meyena (10), dan Evan (7).

“Ketiganya kakak beradik," kata petugas Rumah Sakit Atmajaya, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Rudi saat dikonfirmasi KabarPenjaringan, Kamis (17/5) dini hari. Ketiganya tewas dengan luka bakar di sekujur tubuhnya. “Baju mereka juga habis terbakar," tambah Rudi.

Kakak beradik ini diterima RS Atmajaya sekira pukul 22.55 WIB. Pihak keluarga juga sudah mengetahui kejadian ini. Seperti diberitakan sebelumnya, Sebuah ruko sembako, nomor 6, RT 3/11, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, terbakar. Tiga orang tewas akibat kebakaran ini. Kebakaran ini diketahui sekira pukul 22.30 WIB dan berhasil dipadamkan sekira pukul 23.00 WIB. (tim)

Rabu, 16 Mei 2012

Ruko di Muara Karang Terbakar, Tiga Bocah Terpanggang

KabarPenjaringan - Ruko sembako 3 lantai di Muara Karang Blok Z-8U RT 11/03 Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, ludes terbakar. Kebakaran yang terjadi mengakibatkan tiga orang meninggal dunia. Ketiga korban masing-masing bernama Melisa (12), Meyena (10), dan Evan (7).

Dijelaskan, anggota damkar kesulitan menyelamatkan korban karena seluruh pintu ruko terkunci. Jendela setiap lantai juga diteralis. Akhirnya petugas damkar menjebol teralis lantai 2 untuk menyelamatkan ketiga korban. Saat diselamatkan, ketiga korban dalam keadaan pingsan dan masih bernafas. Namun, kemudian korban di bawa ke rumah sakit Atmajaya Pluit. "Ketiga korban akhirnya tewas di rumah sakit diduga karena kehabisan oksigen," jelas Nurdin.

Dugaan sementara, penyebab kebakaran berasal dari korsleting listrik pada pompa air yang berada di lantai dasar, tempat menjual Sembako. Api kemudian membesar dan merembet ke lantai 2. "Diduga ketiga korban tidak dapat menyelamatkan diri karena lantai 1 sudah hangus terbakar'" ujar petugas Polsek Metro Penjaringan, Rabu (16/5).

Api baru bisa dipadamkan pukul 23:30 WIB dengan bantuan 12 unit mobil pemadam kebakaran. Kasus ini ditangani Polsek Metro Penjaringan dan Polres Metro Jakarta Utara. (tim)